Rabu, Juli 22, 2009

Hari Anak 23 Juli 2009 : Yang terbaik untuk anak Indonesia


Kamis, 23 Juli 2009, adalah hari Anak. Tidak ada acara khusus di SDI Al Azhar 25, bahkan mungkin juga banyak yang tidak tahu bahwa hari ini adalah hari Anak. Tak terlalu penting menurut saya,karena sebenarnya jika kita sering "kumpul ibu" ( menyitir kumpul bocah nya Vina Panduwinata ) akan terasa sekali betapa sebenarnya di SDI AA25 setiap hari adalah hari Anak, hari yg didedikasikan untuk anak kita.
Mama Salma misalnya, setiap hari mesti rela mengemudi sendiri, menempuh perjalanan panjang dari Jrakah ke Pamularsih, mengantar 2 putra-i nya di SDI AA25, kemudian berbalik masuk ke tol Mangkang untuk menempuh perjalanan panjang, mengantar si sulung ke SMP Al Azhar di Banyumanik. Itu baru sekali antar, belum terhitung perjalanan pulang. Jika dihitung sebulan saja, berapa ratus kilometer yg sudah ditempuh ? Sore hari masih antar les anak, malam masih menemani mereka belajar. Dan tentu saja bukan mama Salma seorang yg seperti ini. Ada mama Nanet yg rela bangun setiap tengah malam untuk mengganti baju anak-anaknya, karena basah oleh keringat. Ada mama Aulia, yg di tengah kesibukan mengurus usaha catering, masih menyempatkan diri menempa bakat seni anaknya yg sungguh luar biasa di bidang seni. Ada mama Fida yg dikaruniai kesabaran luar biasa menghadapi anaknya yg sangat "moody". Masih banyak ibu-ibu bahkan bapak-bapak lain yg seperti ini. Sungguh beruntung anak-anak kita ini.
Namun, bagaimana dengan anak-anak lainnya ? Apakah mereka juga seberuntung anak kita ? Rasanya masih segar dalam ingatan kita, berita tentang seorang bapak yg tega meletakkan anaknya di rel kereta api hingga kaki si anak putus terlindas. Kalau kita rajin mencermati berita di koran, banyak kasus kriminal yg mengorbankan anak-anak, bapak yg memperkosa anak sendiri, ibu yg membakar anaknya, dll. Siapa yg kemudian harus bertanggungjawab pada nasib anak-anak yg kurang beruntung ini ? Pemerintah ? Depsos ? Kita ? Bagaimanapun anak-anak itu adalah generasi penerus bangsa. Jika batin mereka tercederai oleh masa lalu yg kelam,bukankah nantinya bangsa inipun akan mengalami kekelaman juga ? Karenanya, mungkin sedari sekarang kita harus bersama-sama menyingsingkan lengan baju untuk membantu anak-anak lain yg kurang beruntung. Lihat sekitar kita dan bukalah hati bagi anak-anak yg kurang beruntung ini.
Selamat Hari Anak ! Berikan yang terbaik bagi anak Indonesia


Sabtu, Juli 18, 2009

Selamat Datang Tahun Ajaran Baru 2009 - 2010 !

Senin, 13 Juli 2009 menjadi hari yang menghebohkan. Jalan raya Pamularsih dipadati kendaraan lebih ramai dari hari-hari biasanya. Demikian juga jalan Puspogiwang II, mobil hilir mudik, menurunkan anak-anak siswa/i KBTK-SD Islam Al Azhar 25 Semarang ( atau lebih populer dg nama Al Azhar Pamularsih ). Bapak-bapak Satpam dan para Office Boy (OB) sibuk menjemput para siswa dan mengantar masuk, belum lagi memberi aba-aba pada para pengendara mobil.
Ya, hari itu tahun ajaran baru 2009 - 2010 dimulai. Bukan cuma anak-anak yg bersemangat. Nampak juga para orangtua murid, terutama ibu-ibu siswa kelas 1 antusias menunggui di depan kelas. "Hari pertama sampai ketiga memang kami mengijinkan orangtua untuk menunggui di depan kelas..tapi nanti hari ke-4 mohon maaf, harus di luar gerbang dalam atau di depan aula saja", kata bu Faiz, staf TU pada saya.
Terharu juga saya melihat ketekunan ibu-ibu itu menunggui putra-putrinya..betul-betul dedikasi mereka sebagai ibu semestinya dapat acungan jempol. Pada saat anak-anak dibariskan untuk mengikuti ikrar, nampak pak Rudi, guru "spesialis" anak baru, dengan penuh semangat mengajarkan mereka berbaris. Anak-anak sendiri jangan ditanya, barisnya meliuk-liuk nggak keruan seperti ular, ada yg jongkok, ada yg melamun, ada yg berkali-kali lari ke mama nya.
Saya jadi ingat masa anak saya di kelas 1. Rasanya nggak capek-capeknya saya tiap hari ngintipin anak dari balik jendela. Meskipun oleh guru hanya dibatasi 3 hari, tapi saya jadi tukang intip sampai 3 bulan lho ! Gurunya mungkin juga udah bosen melihat kebandelan saya menerobos masuk gerbang. Ada saja alasan untuk itu, hari ini bilang mau ketemu pak Rudi yg kebetulan jadi wali anakku, besok bilang mau ketemu kepala sekolah, besoknya lagi lain alasan. Akhirnya para guru hanya bisa memandang pasrah saja, hehehe.
Tapi berkat hobby ngintip ini, saya jadi punya teman yg berhobby sama, Riri, atau nama bekennya mama Nanet or mama Adit Ryuichi. Harus pake Ryuichi, karena yg namanya Adit kan bejibun. Mama Adit ini, juga seprofesi, tukang intip..tadinya kupikir orangnya kalem, ternyata....banyak cerita juga. Selain mama Adit, banyak juga ibu-ibu yg suka menerobos masuk..mulai dari mama Gibran ( istri pak Prie GS ), mama Fendi, mama Lita ( sekarang udah move ke jakarta ), mama Eski ( di jakarta juga ), dll. Oh ya, di sekolah kami memang sengaja pakai nama anak, karena lebih gampang diingat, cukup ingat satu nama sudah mencakup ibu & anak. Jadi nggak heran kalau kami sama sekali tidak tahu nama asli ibu-ibu ini. Paling yg gampang saja kami tahu, seperti mama Fendi nama aslinya Nurunik, mama Daham Rayhan nama aslinya Betty, mama Adit Ryuichi nama aslinya Riri.
Tahun ini adalah tahun ke lima bagi anak saya. Kami-kami yg dulu tukang terobos sudah jadi para pengurus Jam'iyyah. Jam'iyyah adalah nama organisasi persatuan orangtua murid atau di sekolah lain dikenal dengan nama Komite Sekolah. Jaringan SDI Al Azhar memakai istilah Jam'iyyah. Tugas utamanya adalah membantu kesuksesan program sekolah sekaligus menjadi mitra sekolah dalam mencapai visi misi Al Azhar.
Kembali ke suasana pagi 13 Juli 2009..
Sementara ibu-ibu "siswa baru" dengan tekunnya menunggui putra-putri mereka..kami yg sudah "senior" asyik juga berkumpul kembali, layaknya reuni..ya namanya ibu-ibu, baru nggak ketemu sebulan saja sudah seperti bertahun-tahun. Heboh berat. Ada yg mukanya bentol-bentol karena mencoba berlibur ala orang desa di Cilacap, ada yg bingung karena berat badannya naik beberapa kilo, ada yg kesal karena nggak dapet hotel saat liburan, dll. Ibu-ibu di Al Azhar ini termasuk golongan "the haves"..tapi mereka tidak sok elit. Hal ini dikarenakan background pendidikan mereka juga bukan main-main..minimal S1 dan rata-rata dari universitas ternama. Rata-rata mereka dulu sebelum menikah menduduki posisi penting di pekerjaannya, namun karena menikah dan punya anak terpaksa mundur dari dunia kerja. Jadi bisa dimaklumi kalau dedikasi mereka ke dunia pendidikan anak sangat tinggi. Harusnya kita memberi acungan bukan satu jempol tapi dua jempol untuk pengorbanan ibu-ibu ini. Tanpa mereka..apa jadinya generasi muda ini. Kini tahu ajaran baru sudah mulai, perjuangan ibu-ibu ini juga akan mulai lagi. Selamat Datang Tahun Ajaran 2009 - 2010. Semoga akan menjadi tahun yg lebih baik.