Sabtu, April 24, 2010

ANCAMAN DI BALIK JAJANAN ANAK

Sumber : Majalah Nirmala, 29 Sep 2003  Orang tua Ari (bukan nama sebenarnya, anak TK berusia 4 tahun), agak heran karena Ari masih sering kambuh asmanya, padahal semua benda yang kemungkinan memicu asma disingkirkan dari kamarnya. Kegiatannya sehari-hari dikontrol, makanannya pun telah benar-benar diseleksi. bahkan setiap berangkat sekolah pun ibunya selalu membekali jajanan sehat buatan sendiri. Tapi mengapa asmanya masih sering kambuh? Setelah diusut, ternyata diam-diam Ari sering mengkonsumsi makanan ringan dalam kemasan pemberian temannya di sekolah. Karena tubuhnya termasuk sensitif, meski makan sedikit tetap saja asmanya kambuh.

Alda tidak berpenyakit asma, hanya saja badannya memang cukup sensitif dengan bahan tambahan makanan (zat aditif). Karena itu, di rumah orang tuanya selalu menyediakan makanan yang sehat dan tidak membiasakannya untuk jajan sembarangan. Tetapi suatu ketika, melihat es berwarna-warni menarik hati yang dijual pedagang di sekolah, ia tak bisa menahan keinginannya untuk membeli. Sayangnya, minuman yang kelihatan enak itu begitu diminum langsung membuat lehernya terasa seperti tercekik.

Banyak orang tua yang menjadi bingung ketika anaknya sulit makan makanan rumah dan lebih suka jajan. Apalagi jika jajannya di lingkungan sekolah sehingga sulit diawasi. Bagaimana mengatasinya?

Pernahkah Anda perhatikan apa saja jajanan yang dikonsumsi anak sewaktu di rumah atau di sekolah? Jajanan kaki lima, fast food, permen, soft drink, atau snack seperti keripik kentang hingga keluarga chiki? Kasus-kasus tersebut tentu bukan cerita baru. Kebiasaan jajan pada anak-anak memang sulit dihilangkan. Terkadang, saking seringnya jajan, mereka malas makan masakan rumah.

Padahal apa yang dimakan anak sangat menentukan kecerdasan dan kesehatannya. Kebiasaan mengkonsumsi junk food, fast food, makanan instan dan makanan olahan yang berlebihan, mudah menimbulkan kekurangan gizi kronis pada anak-anak. Apalagi jika pola makan itu dibiasakan sejak usia pra sekolah hingga remaja. Pengaruhnya akan terasa setelah dewasa.

Jadi bila selama ini Anda membiarkan saja kebiasaan jajan anak, waspadalah! Berbagai bahan tambahan makanan berbahaya yang terkandung di dalamnya, cepat atau lambat akan menurunkan daya tahan tubuh, begitu pula kemampuan belajarnya. Apalagi jika konsumsi makanan sehat sebagai penyeimbang sangat kurang. Memang ada sebagian orangtua yang cukup berhasil membiasakan anaknya mengkonsumsi makanan sehat dan jarang jajan selama di rumah. Sayangnya, begitu masuk sekolah anak-anak jadi senang jajan juga karena terbawa oleh teman-temannya. Lalu bagaimana mengatasinya?

Jajanan kemasan dan kaki lima sama bahayanya
Sebenarnya tanpa disadari, orang tua juga ikut andil dengan kebiasaan buruk tersebut. Tak jarang, untuk menenangkan anak yang sedang rewel, orang tua terkadang membiarkan anaknya jajan atau bahkan membelikan jajanan. Akibatnya, anak menjadi kenyang dan malas makan masakan rumah; Akibat (ainnya, lama kelamaan anak jadi punya kebiasaan jajan.

Ada orang tua yang merasa sudah cukup bijaksana dengan melarang anaknya mengkonsumsi jajanan kakilima tapi membekali anaknya dengan snack seperti keripik kentang atau cokelat, soft drink, atau jenis junk food lainnya seperti permen, biskuit, krekers dan aneka fast food.

Padahal junk food telah dikenal sebagai makanan miskin gizi dan mengandung bahan tambahan makanan yang berbahaya. Makanan-makanan tersebut tidak lagi alami, karena telah kehilangan zat-zat alaminya yang berkhasiat. Namun hal itu luput dari perhatian karena daya tarik iklan dan kemasannya.

Sementara itu, ada juga orang tua yang membiarkan anaknya makan jajanan kakilima dan kue-kue tradisional dengan keyakinan bahwa jajanan tersebut lebih aman buat anaknya. Padahal kenyataannya, selain kebersihannya kurang terjamin, penggunaan MSG (vetsin), pengawet, pewarna, dan pemanis buatannya bahkan lebih sulit dikontrol.

Menurut survey Yayasan Kusuma Buana, sebuah LSM di Jakarta yang bergerak di bidang kesehatan, cukup banyak anak yang berangkat ke sekolah tanpa sarapan (16,9 % dari 3495 siswa yang diteliti). Akibatnya, mereka jajan di warung dekat sekolah atau pedagang kakilima di sekitar sekolah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tahun 2001 / 2002 di 13 SD di Jakarta, ternyata kesibukan orang tua di pagi hari atau belum adanya selera makan di pagi hari menjadi alasan anak berangkat sekolah tanpa sarapan. Namun demikian, pola jajan di sekolah ternyata dilakukan juga oleh siswa yang sudah sarapan di rumah masing-masing.

Ketika jajanan di sekitar sekolah-sekolah tersebut diteliti di Laboratorium Institut Pertanian Bogor, dari 34 sampel makanan dan 15 sampel minuman yang diteliti, temyata 58,8 persen makanan dan 73,3 persen minuman mengandung bakteri E. coli dan enterobacter(penyebab diare), zat pewarna, zat pengawet, atau pemanis buatan sakarin.

Sementara para siswanya, 3160 orang, ketika diperiksa darahnya, sebanyak 1565 anak ternyata mengidap anemia (kurang darah). Saat 332 orang di antaranya diperiksa secara acak, sebanyak 1 8,1 persen menderita kurang gizi.

Telmi (telat mikir) sampai kankerHiroshi Osawa, seorang profesor dari Universitas Iwate, Jepang, sejak tahun 1984 telah meneliti perilaku kekerasan remaja Jepang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan kekerasan tersebut diakibatkan oleh konsumsi minuman ringan dalam kaleng atau botol dan makanan junkfood yang terlalu banyak. Selain itu, hasil penelitian juga memperlihatkan hubungan antara perilaku pemarah dan menurunnya konsentrasi dengan ketidakseimbangan metabolisme glukosa pada otak. Ketidakseimbangan ini erat kaitannya dengan konsumsi gula dan karbohidrat olahan berlebihan

Bagi anak yang sensitif, pengawet dan pewarna dapat mencetuskan gejala alergi baik pada tubuh dan otaknya, di samping itu juga menimbulkan gejala diare. Alergi pada zat-zat aditif atau zat-zat tertentu pada makanan, dapat mempengaruhi suasana hati, perilaku dan proses berpikir. Bahkan dalam jangka panjang akan mempertinggi risiko kanker. Zat-zat dalam makanan lain (secara tidak langsung) yang dapat mengganggu aktivitas massa penghantar saraf otak (neurotransmitter) di otak, di antaranya: aroma sintetis, mono sodium glutamat (MSG), atau salisilat sintetis. Asupan MSG dalam jumlah banyak yang terus menerus dalam jangka pendek akan membuat anak jadi haus, pusing, dan mual.

Pengaruh tersebut dapat melalui beberapa cara berikut, yaitu:

  • Mempengaruhi aktivitas otak atau mengacaukan pembentukan serta pengeluaran neurotransmitter yang memodifikasi suasana hati.
  • Mengganggu atau menghambat aliran neurotransmitter sehingga saraf penerima pesan tidak dapat memahami sinyal listrik yang dikirim.
  • Mempengaruhi enzim-enzim yang mengatur aktivitas neurotransmitter.
Gejala atau efek yang ditimbulkan oleh zat-zat pembuat alergi tersebut bisa bervariasi, misalnya kurang gairah belajar, kurang konsentrasi, meningkatnya kenakalan, mudah mengantuk, cemas, dan daya ingat berkurang. Karena efeknya samar dan tidak begitu nyata, orangtua sering mengabaikan. Kalau anak malas belajar, dianggap karena terlalu sering nonton televisi atau main video game.

Mulailah dari rumah
Sesungguhnya anak membentuk kebiasaan makannya dari rumah. Kebiasaan sarapan di rumah atau membawa bekal dari rumah adalah contoh kebiasaan yang baik. Anakanak yang tidak dibiasakan jajan di rumah umumnya juga tidak akan terlalu banyak jajan ketika sekolah.

Hal lain yang perlu dicermati orangtua adalah gencarnya iklan produk makanan di media massa, terutama televisi. Karena jiwanya masih labil, maka anakanak mudah sekali menjadi korban iklan. Terutama jika yang diiklankan adalah produk makanan baru untuk anakanak. Lebih-lebih kalau disertai iming-iming hadiah berupa mainan yang menarik.

Selanjutnya, lingkungan Taman Kanak-Kanak atau sekolah juga akan membentuk kebiasaan anak. Jika teman-teman sekolahnya biasa jajan, anak akan lebih sulit menahan diri untuk tidak jajan. Di sinilah pentingnya peran para guru dalam memotivasi anak untuk membawa bekal atau memilih jajanan yang sehat dan aman.

Karena itu, sungguh patut dicontoh sekolah-sekolah yang kini mulai memberikan perhatian pada konsumsi makanan muridnya selama di sekolah (lihat boks). Adanya kerja sama yang baik antara orang tua dengan guru-guru di sekolah tentu sangat membantu membuat anak lebih banyak mengkonsumsi makanan sehat dan menghindari jajan.

Contoh bahan tambahan makanan berbahaya dan akibatnya

  • Pemanis buatan yang biasa dipakai pedagang dalam es mambo atau es sirup misalnya:
    Sakarin : menyebabkan kanker kantung kemih dan bersifat karsinogenik pada binatang.
    Siklamat : Berpotensi menyebabkan pengecilan testicular dan kerusakan kromosom.
  • Pewarna merah yang seharusnya untuk tekstil tapi oleh pedagang digunakan untuk mewarnai limun, sirup, permen, bahkan terasi:
    Rhodamine B : ketika diujikan pada mencit dan tikus menimbulkan efek pertumbuhan badan yang lambat, muncul sifat gelisah dan kemungkinan memicu kanker.
  • Bahan pengenyal yang sering digunakan pada bakso :
    Boraks : bersifat akumulatif terhadap kesehatan (terkumpul sedikit demi sedikit dlam otak, hati, dan testis (alat reproduksi pria). Kalau dosisnya sudah tinggi bisa timbul gejala pusing-pusing, muntah, mencret, kram perut, bahkan kematian.
Majalah Nirmala, 29 Sep 2003 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar