“Kemampuan untuk mengajukan pertanyaan penting lebih bermanfaat daripada kemampuan untuk menjawab pertanyaan sederhana.”
Raymond Harris
“Otak kita dapat menyimpan jutaan fakta dan tetap tak terdidik ”
Alec Bourne
“Aruna bantu ini ya, mommy.”
“Aruna yang pegang sendoknya. Aruna yang tuang dan aduk-aduk!”
“Aruna pakai baju sendiri!”
Ini adalah ungkapan-ungkapan yang sering terdengar, yang menjadi bagian dari keseharian yang kami jalani bersama. Dapur, ruang makan, pekarangan rumah adalah ruang belajar yang tidak terbatas bagi anak saya. Saya memilih menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya: tidak bekerja di luar rumah dan mengambil tanggung jawab penuh untuk mendidik anak saya. Tak ada pembantu atau baby sitter. Maka tak heran jika anak saya yang berumur dua tahun ini selalu bersama saya, melihat, mendengarkan dan melakukan apa yang saya lakukan.
“Aruna yang pegang sendoknya. Aruna yang tuang dan aduk-aduk!”
“Aruna pakai baju sendiri!”
Ini adalah ungkapan-ungkapan yang sering terdengar, yang menjadi bagian dari keseharian yang kami jalani bersama. Dapur, ruang makan, pekarangan rumah adalah ruang belajar yang tidak terbatas bagi anak saya. Saya memilih menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya: tidak bekerja di luar rumah dan mengambil tanggung jawab penuh untuk mendidik anak saya. Tak ada pembantu atau baby sitter. Maka tak heran jika anak saya yang berumur dua tahun ini selalu bersama saya, melihat, mendengarkan dan melakukan apa yang saya lakukan.
Praktis, kegiatan sehari-hari, menjadi tempat belajar kami bersama termasuk menjalankan pekerjaan kerumah tanggaan. Tantangannya justru pada saya bagaimana berusaha menjadikan pekerjaan itu bukanlah suatu beban, berusaha tidak mengeluh di depan anak, dan selalu menyadari bahwa ini adalah bagian dari pembelajaran bagi anak saya. Tidak mudah karena dalam prakteknya saya sendiri tidak lepas dari kebosanan dan letih fisik akibat pekerjaan rutin yang terus menerus. Mengingat situasi ini, maka saya mencari berbagai buku yang bisa mengembangkan dan menyeimbangkan bagaimana mendidik anak saya terutama dalam hidup sehari-hari.
Membaca buku Teaching Montessori In The Home, The Preschool Years (Elizabet G. Hainstock, Plume, 1997) membantu memperkaya saya dalam memahami tugas dan tanggung jawab sebagai ibu sekaligus pendidik. Latihan tentang hidup sehari-hari termasuk melakukan pekerjaan di rumah, saya pergunakan untuk mengajarkan anak agar bisa menanggapi hal-hal yang ada di lingkungan sekitarnya. Tentu saja berangkat dari hal-hal yang bersifat rutin dan sederhana namun bisa selalu bermakna baru dan menyenangkan bagi si anak. Anak-anak menyukai perulangan namun bukan yang berlebihan. Ini membantu mereka memahami bagaimana pola sebuah pekerjaan bisa diselesaikan. Mereka akan belajar bahwa ada tahapan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Ini sama dengan mengajarkan logika dan tata urutan secara sederhana.
Hal yang sebaiknya dicapai dalam pengajaran adalah semangat di dalamnya dan bukan sekedar keterampilan mekanis dari seorang ilmuwan; dengan demikian arah persiapan seharusnya mengacu pada semangat dan bukan pada mekanisme.
(Maria Montessori, 1870-1952)
Alam memberikan kesempatan agar kita bisa mempelajari sesuatu pada waktunya. Montesssori menyebut periode usia dini sebagai Sensitive Periods atau masa-masa ‘emas’ perkembangan anak ketika mereka mudah mempelajari sesuatu. Apabila periode ini ini terlewatkan, maka ia akan hilang begitu saja. (Hainstock, 1997:6-7). Ketika periode ‘emas’ ini dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan mengamati kebutuhan belajarnya secara khusus sesuai dengan tahapan umurnya, ini bisa digunakan untuk membantunya memahami dan menguasai lingkungannya.
[Montessori] menyatakan bahwa pikiran anak itu seperti “otak spons” karena kemampuannya yang luar biasa untuk belajar dan memahami dengan mudah dan tanpa sadar dari dunia di sekitarnya. … [Montessori] menegaskan, bagaimanapun, bahwa “lingkungan seharusnya mengangkat si anak dan bukan membentuknya”. (Hainstock, 1997:7-8, istilah sebagaimana aslinya.
Montessori percaya bahwa seorang anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Sejak berusia dua tahun, anak punya keingintahuan yang sangat besar, senang bereksplorasi, dan senang mencoba hal baru. Karenanya, kita sebaiknya bisa melihat bahwa setiap anak memiliki kepribadian yang ingin dikembangkannya sendiri: mereka memiliki inisiatif, mereka memilih sendiri apa yang ingin mereka lakukan, bertahan untuk terus melakukannya dan merubahnya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya sendiri. Mereka sangat ‘hand-minded’ dan senang mengamati berbagai hal dan meresponnya dengan cara mereka sendiri-sendiri sesuai dengan perkembangan motorik, sensorik dan bahasa melalui penggunaan kelima panca indera mereka.
Tabel: Masa ‘Emas’ Menurut Montessori
USIA ANAK (tahun) | PERIODE PERKEMBANGAN |
Lahir-3 | Perkembangan kepekaan inderawi dan pikiran yang sudah dapat menyerap stimulus melalui panca indera |
1 ½ - 3 | Perkembangan kepekaan dan kemampuan berbahasa (menirukan, berkomunikasi dua arah) |
1 ½ - 4 | Perkembangan kordinasi dan gerakan otot Tertarik dengan objek-objek yang kecil |
2 – 4 | Pematangan kordinasi gerakan Peduli/mempertanyakan kebenaran dan kenyataan Sadar akan ruang dan waktu |
2½ - 6 | Pematangan pada kepekaan inderawi |
3 - 6 | ‘Tunduk’ pada pengaruh orang dewasa |
3½ - 4½ | Perkembangan kemampuan menulis |
4 – 4½ | Perkembangan kemampuan fisik |
4½ - 5½ | Perkembangan kemampuan membaca |
Sumber: Hainstock, 1997:7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar